Tenganan adalah sebuah desa tradisional di Bali. Desa tradisional ini berlokasi di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem di bagian timur pulau Bali, berjarak sekitar 70 km dari bandara Ngurah Rai. Perjalanan menuju ke desa Tenganan dari bandara, menempuh waktu kurang lebih satu setengah jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jika tidak terjadi kemacetan di jalan maka akan memakan waktu lebih lama.
Desa Tenganan adalah salah satu dari 3 desa di Bali, yang termasuk kategori Bali Aga. 2 diantaranya ialah desa Trunyan di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dan desa Sembiran di Kecamatan Tejakule, Kabupaten Buleleng. Arti dari Bali Aga ialah desa yang gaya hidup masyarakatnya masih berpedoman pada peraturan dan adat istiadat peninggalan leluhur dari jaman sebelum kerajaan Majapahit. Arsitektur rumah, balai pertemuan, dan pura yang dibangun sangat mempertahankan aturan adat istiadat secara turun – temurun. Ciri – ciri bangunan rumah penduduk terbuat dari campuran batu merah, batu sungai, tanah dan mempunyai ukuran yang relatif sama.
Desa Tradisional Di Bali Dengan Kerajinan Kain Gringsing – Tenganan
Mata pencaharian peduduk desa Tenganan, umumnya sebagai petani padi. Sebagian kecil ada juga sebagai pengrajin. Kerajinan khas penduduk desa Tenganan antara lain adalah anyaman bambu, ukir – ukiran, lukisan diatas daun lontar serta kain tenun. Dari dulu penduduk desa Tenganan terkenal dengan keahliannya menenun kain Gringsing. Kain Gringsing tersebut dikerjakan dengan cara teknik dobel ikat. Teknik ini hanya satu – satunya di Indonesia, sehingga kain Gringsing hasil karya masyarakat Tenganan tersebut sangat terkenal ke seluruh dunia.Penduduk desa Tenganan memiliki tradisi yang sangat unik. Setiap tahun pada pertengahan bulan Juli digelar tradisi mageret pandan (perang pandan). Yaitu ritual sepasang pemuda desa saling sayat menggunakan duri – duri dari daun pandan di atas panggung mereka. Akibat sayatan duri – duri daun pandan tersebut, akan menimbulkan luka di punggung pemuda – pemuda desa. Setelah selesai perang pandan luka itu akan diobati dengan obat tradisional antiseptik dari bahan umbi – umbian. Saat diolesi obat, punggung para pemuda akan terasa sangat perih. Luka tersebut akan mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Tradisi ini dilakukan untuk melatih mental dan fisik warga desa Tenganan.
Posting Komentar