Sejarah Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998- Masihkah Sobat ingat tentang peristiwa yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 ? Peristiwa berdarah ini dikenal dengan tragedi Trisakti
yang mana dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Trisakti demi memaksa
Soeharto untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden pada waktu itu.
Kerusuhan ini mengakibatkan 4 Mahasiswa Trisakti tertembak dan terbunuh
yang mana sampai sekarang tidak terungkap dalang dibalik tragedi
tersebut, sehingga peristiwa ini menjadi sejarah kelam buat bangsa
kita.
Untuk itu pada kesempatan kali ini Saya
akan mengajak Sobat sekalian untuk memflashback dan menelusuri lebih
jauh terkait tragedi Trisakti yang terjadi pada Mei 1998. Berikut
informasi selengkapnya yang telah admin rangkum dari beberapa sumber.
Dikutip dari Wikipedia, Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998,
yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997-1999.
Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung
DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.
Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa terutama perusahaan-perusahaan yang dianggap ada hubungannya dengan keluarga Soeharto dan konco-konconya dirusak secara membabi-buta oleh massa yang mengamuk. Selain itu banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa jugamenjadi sasaran amuk massa, terutama di Jakarta dan Surakarta.
Juga terdapat puluhan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dalam kerusuhan tersebut. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Sampai saat ini belum begitu jelas siapa yang menunggangi mereka.
Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan “Milik pribumi” atau “Pro-reformasi”. Hal yang memalukan ini mengingatkan seseorang kepada peristiwa Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi titik awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan massal atas mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh pemerintahan Jerman Nazi.
Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut.
mei13-14-98
Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut.Tragedi Mei 1998 sudah 11 tahun lebih berlangsung akan tetapi pengungkapan pelaku belum juga tuntas, bahkan proses hukum yang mengungkap tragedi ini stag dan berhenti tanpa ada keterangan dari pihak berwajib!!Susah dan Berat!!!begitulah ungkapan untuk penyelesaian Tragedi yang menewaskan beberapa Orang Mahasiswa ini sampai sekarang belum juga terungkap!!
Kasus ini meledak, pada tanggal 14 Mei 1998. Jakarta seperti membara. Semua orang tumpah di jalanan. Mereka merusak dan menjarah toko dan gedung milik swasta maupun pemerintah. Masa pada saat itu sudah kehilangan kendali dan brutal akibat kondisi yang terjadi di tnah air pada saat itu.
Tak hanya itu, massa juga memburu warga keturunan Cina. Buntutnya, banyak warga keturunan Cina mengungsi ke luar negeri. Sebagian lainnya bertahan dalam ketakutan. dan munculah isyu-isyu gak tidak jelas bahwa pada hari itu terjadi perkosaan masal warga keturunan tiong Hoa.
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan Mei menyebutkan, situasi paling kacau di pertokoan Yogya Plaza di kawasan Klender, Jakarta Timur. TGPF mencatat, korban tewas di Yogya Plaza sebanyak 488 jiwa. pada saat itu banyak masa penjarahan barang yangmati terbakar akibat terbakarnya Plaza tersebut.
TGPF juga mencatat 1.200 orang mati terbakar, 8.500 bangunan dan kendaraan hancur. Sebanyak 90 perempuan diperkosa dan dilecehkan. Sementara kerugian materi mencapai Rp 2,5 triliun. Melihat itu, banyak pihak percaya ini bukan kerusuhan biasa. Kerusuhan terorganisir dan ada dalang entelektual yang bermain di balik kerusuhan ini. TGPF menyebutkan, kerusuhan banyak dimotori orang berbadan tegap , berambut cepak, atau berseragam sekolah menengah atas (berpotongan seperti aparat keamanan). Semuanya ahli meledakkan bom molotof.
Setelah melakukan penyelidikan panjang, Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia merekomendasikan 50 perwira TNI-Polri terlibat pelanggaran HAM pada Mei 1998, itu. Sebelas di antaranya sudah dipecat. Dan yang lainnya seperti menguap. sampai sekarang tidak diketahui dan tidak ada perkembangan masalah ini. Sebab, DPR menyebutkan, kerusuhan Mei 1998 bukan pelanggaran HAM berat (Bukan Pelanggaran HAM Berat ???dengan menewaskan beratus warga ???). Alhasil, proses hukum di Kejaksaan Agung pun terhambat. Dan, akhirnya sampai kini, kerusuhan Mei 98 tinggal sejarah yang menyisakan misteri. Para aktivis pembela HAM masih terus mengusahakan akan kasus ini. selamat berjuang walaupun berat kasus ini harus segera terungkap.
Posting Komentar